Drama
Danau Taman Hidup
Aku
dan lima orang temanku berlibur ke taman hidup. Niat kami adalah menghilangkan
stress hiruk pikuk dunia perkuliahan. Usut punya usut akhirya dari malang kami
berkendara menuju probolinggo. Kenapa Probolinggo? Karena Taman hidup ini
terletak di Probolinggo tepatnya gunung Argopuro.
Perjalanan
ini dimulai dari pos lapor yang ada di desa Bremi. Kami harus membayar biaya
sebesar 20rb perhari, dan 30rb untuk hari libur. Karena kami rencananya akan
menginap di sana jadi dihitungnya 2 hari, minggu dan senin = 50ribu! Oke!
Start
pendakian jam 10!
Team:
Jo, Don, Wigar, Tegar, Plong, Aku
Sebenarnya
perasaan cape belum menggerogoti tubuhku tapi entah kenapa panas siang ini
membakar kulit dan kepalaku. Saat itu tim achalendra berdoa dulu sebelum
melakukan pendakian. Sesudah berdoa aku menyalakan kamera untuk merekam part
pertama jurnal perjalanan. Dengan cepat Wigar memperkenalkan tiap kru ke
kamera. Nah di mulailah cerita ini.
“My name is Captain Jack! (self-proclaimed)
nih perkenalkan member baru, Donkey mcCrap (Plonk)! Dan di belakang ada Obama! (Don)”
Intro dari wigar.
Intronya
sebenarnya panjang tapi aku cut aja biar gak menuhin layar.
Kami
akhirnya sampai di pos pertama? Menurutku ini pos pertama semuanya
mengencangkan sabuk dan si Joni mengeluarkan gear barunya. Jreeeng gear barunya
adalah google! Karena ane penasaran dengan google nya ane minjam buat review.
Review
google Joni: kelebihan, mata tidak bakalan masuk debu, tambah keren.
Kekurangan, bikin kecekik dan agak susah nafas.
Di
pos 1? Ini kami juga bertemu dengan seorang nenek. Waktu aku bertemu beliau aku
sedikit was-was. Kalau kulihat sih hampir semua kru sedang was-was. Tapi
ternyata beliau memberikan wajengan buat kami, jadi ke was-was an kru mereda.
Setelah
naik agak lumayan kami bertemu rombongan moto cross yang melaju mendahului
kami. Jalan langsung berdebu dan dengan segera kami menutup semua lubang udara
--a
Ternyata
pos sebelumnya itu bukan pos yang dimaksud. Pos yang sebenarnya berada cukup
jauh di atas dekat hutan damar. Dihutan damar lumayan bagus jadi kami foto-foto
dulu. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan sekitar lebih 3 jam. Kami bertemu
mas-mas yang lagi rehat di samping pohon besar.
“Ini
masih 25%, masih jauh”
Whatt??!
*dalamhati
Katanya
pohon ini gerbang pos 1 selanjutnya nanti pohon roboh itu pos dua/ pal dua.
Setelah itu kami tidak mau berlama-lama di situ takutnya kena mental attack
dari mas2nya. Setelah agak jauh dari gerbang satu kami langsung berembuk
membahas ‘seberapa jauh lagi sih jaraknya?’ kalau menurut pengamatanku
sepertinya kita akan sampai sebelum malam. Mungkin sampai jam 4-5 an. Setiap kami
rehat dari awal tadi kami terus membuat rekaman video untuk jurnal perjalana.
Setelah
perjalanan penuh cucuran keringat kami akhirnya sampai juga di pal 2. Rehat
sebentar dan menghela nafas karena perjalanan menanjak sebenarnya akan dimulai
dari sekarang. Jalan menanjak benar-benar luarr biaasaa!! Beberapa dari kami
sangat kelelahan dan hampir tidak bisa melanjutkan perjalanan. Saat seperti ini
kami merasa sedikit diburu waktu karena waktu itu sudah jam 3. Tiba-tiba kami (sebagian) mendengar suara dangdut dari
bawah. Seperti alunan musik dangdut yang semakin lama semakin dekat dengan
kami. Waktu kami tunggu tidak ada yang muncul dari belakang tapi alunan music
dangdut itu terus mendekat.
Merasa
sedikit horror dengan suara itu akhirnya kami beranjak lagi untuk mendaki. Saat
itu matahari sudah mulai turun, saat itu sekitar jam 4 pohon-pohon tinggi membuat suasana menjadi rindang sekaligus
mencekam. Beberapa kru sudah merasa tidak bisa mendaki lagi dan ingin bermalam
memasang tenda ditengah perjalanan ini. Saat itu regu pun dipecah menjadi 2.
Jadi regu 1 akan duluan naik membikin tenda dan menjemput kami regu 2. Aku
waktu itu berada di regu 2 dan kami beristirahat agak lebih lama, sedangkan
regu 1 berangkat mendaki duluan. Nah saat itu tinggal kami bertiga di di tengah
hutan. Aku ,Jo , dan Don. Sedikit demi sedikit kami menyicil dengan naik secara
perlahan.
Jam 6 waktu maghrib telah tiba. Aku jo, dan Don
beristirahat sebentar sekitar 15 menitan. Ceritanya kami menunggu maghrib
selesai, dengan melihat cahaya matahari terbenam. Seketika hutan menjadi sangat
gelap dan sangat mencekam. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, waktu itu
posisiku didepan memegang senter. Kami berjalan perlahan dan tiba-tiba suara
dangdut itu mulai muncul lagi dibelakang kami “dangduut~ dangdut~” seperti itu
suaranya kata Don. Waktu itu si Don mendengar hal itu tapi saat itu dia tidak
mengatakannya kepada kami. Bentuk jalur ini seperti zigzag jadi saat kami
sedang sepi mendaki tiba-tiba ada suara “Hoi!” dari semak2. Kami bertiga
langsung kaget mendengar suara itu. Aku
langsung berasumsi kalau dibelokan selanjutnya mungkin itu regu pertama yang
turun mencari kami. Lalu kami balas teriakin menandakan kami disini. Tapi tidak
ada jawaban dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Sejak saat itu kalau ada suara
lagi yang memanggil, tidak akan kami jawab dulu sebelum mereka nampak.
Terus
kami beristirahat di bekas pohon besar yang telah ditebang. Saat itu jalan
keatas maupun jalan turun tidak kelihatan karena sangat gelap. Waktu itu si Jo
melihat suatu makhluk di belakang kami dan aku melihat jo seperti sedang
melihat-lihat area dibelakang kami sambil memasang kuda-kuda dengan pisau
ditangannya. Aku cuma bertukar pandang dengan jo dan dengan segera tanpa bicara
mengisyaratkan untuk melanjutkan perjalanan.
Tidak
lama setelah itu terdengar saura Wigar dan Tegar memanggil. Aku melihat senter
mereka perlahan turun dari atas “itu mereka!”. Saran Jo waktu itu jangan di
jawab dulu, aku setuju saja dan menunggu sampai mereka turun mendekat. Aku
memberikan sinyal senter keatas dan ternyata itu benar mereka. Kekhawatiran dan
kecekaman malam ini pun mulai menurun.
Jam 7 kami semua telah berkumpul di tempat destinasi, Danau
Taman Hidup. Tenda didirikan tepat sebelum jalan masuk menuju danau. Karena
tanah di sekitar danau lembab jadi kami mendirikan tenda agak jauh dari danau. Malam
itu setelah selesai makan, aku tidak langsung melihat danau. Waktu itu kata
Tegar dan Wigar danau airnya sangat dingin dan ditutupi kabut. Kalau tidak
salah plong dan wigar malam itu jalan-jalan ke danau dan tiba-tiba kabut turun.
Mereka agak kebingungan mencari jalan kembali karena jarak pandang telah
ditutupi kabut. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur.
Besoknya
aku bangun sekitar jam 4. Aku merasakan
kaki ku agak susah digerakkan. Wah aku terkena doms ini. Susah sekali untuk berdiri, kaki ku sakit setiap kali aku
melangkah. Pikirku apakah baik-baik saja nanti pas turun dari sini. Jam 5 aku masuk ke area danau Taman
Hidup. Wah benar-benar indah pemandangan disini. Aku mencoba untuk minum air di
danau ini. Airnya dingin dan segar sekali, aku bersama Don, Jo dan Plong
berfoto-foto di pagi itu. Saat itu Tegar dan Wigar masih belum bangun. Kemudian
si Jo membangunkan mereka. Tegar bangun dan bersiap menyalakan api untuk
membuat kopi. Sedangkan Wigar masih tetap terlelap dalam tenda.
Setelah
kami ngopi dan ngeteh pagi itu kami pun jalan-jalan disekitar danau. Membuat video
dokumentasi, mengisi persedian air, dan memasak. Setelah makan kami bersiap
untuk pulang. Jam 11 kami turun dan
ternyata kaki ku yang terkena doms mendapat masalah serius saat menuruni
beberapa tanjakan. Awal nya aku masih bisa menahan rasa sakit otot-otot yang
bersitegang itu, tapi lama- kelamaan aku sudah tidak kuat menahan rintihan kaki
ku. Akhirnya aku berjalan secara perlahan dan mulai ketinggalan dari kru
laiinya. Setelah itu aku menceritakan kepada kru kalau kaki ku terkena doms. Kemudian
aku dibantu oleh Jo dan Tegar tiap menuruni tanjakan. Kami terus turun secara
perlahan hingga akhirnya aku sudah tidak bisa merasakan kaki sebelah kiri ku. Aku
mengganti tumpuan dari sebelah kiri ke sebelah kanan sambil berpegangan dengan
Joni bergantian dengan Tegar.
Sesampainya
kami di gerbang (pos 1) kami semua
beristirahat. Cukup lama beristirahat disini akhirnya hujan turun. Waktu itu
barang bawaanku dibawakan oleh plong untuk mengurangi beban yang ditimbulkan
doms dikaki ku. Sesaat akum au berdiri ternyata aku langsung terjatuh. Aku sadar
ternyata ke dua kakiku sudah tidak bisa ditekuk. Kalau ditekuk dia akan langsung
kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Mengatasi hal ini aku memakai 2 tongkat
yang diberikan Don dan Wigar. Plong segera turun dengan cepat membawa
barang-barang. Katanya dia akan turun sambil berlari karena barang bawaan cukup
berat.
Waktu
turun aku bareng dengan Jo dan Tegar, kemudian berbarengan dengan Don dan Wigar
juga. Mereka semua memberikan semangat kepadaku dan tentu saja aku tetap
bersemangat. Waktu itu Jo kelihatan kecapekan juga, aku mencoba untuk berjalan
sendiri perlahan dan perlahan. Tapi kemudian aku terjatuh lagi, sialll! Mungkin
gara-gara aku terjatuh itu kru menawarkan untuk memopohku sampai bawah. Tapi aku
bersikeras untuk tetap berjalan karena pikirku aku masih sanggup berjalan juga
teman-teman juga kelihatan sudah kelelahan.
Diperjalanan
kami menemukan beberapa lahan yang terbakar. Hal ini cukup mengganggu kami dan
asap dari lahan tersebut ditiup angina ke arah jalar turun kami.
Tiba-tiba
seorang pengendara motor datang. Kami liat dari kejauhan sepertinya orang itu
tidak asing. Ternyata dia adalah Plong! Dia sudah sampai di pos lapor dan
meminjam motor dari pemilik disana. Syukurlah aku akhirnya dibonceng dan dengan
cepat diamankan menuju pos lapor. Katanya waktu Plong menerobos hujan sendirian
dia sempat tersesat hingga akhirnya bertemu orang sekitar yang menyuruhnya
untuk memutar sekali lagi untuk mencapai pemukiman. Well done plonk!
Akhirnya
sekitar jam 2 – 3 kami semua sudah berhasil turun dan berkumpul di pos lapor. Kami
pun kembali menginap de rumah Plonk (Probolinggo) sehari sebelum kembali ke
Malang. Sebelumnya kami mendengar berita kalau hari ini ada beberapa pendaki
yang terjebak di Gunung Argopuro karena kebakaran. Syukur lah kami sudah
berhasil turun hari ini mengingat kalau kami menginap 2 hari lagi di taman
hidup bisa saja orang yang di beritakan itu adalah kami.
Dibawah
adalah beberapa quote yang memorable selama perjalanan dan beberapa honorable
mention!
“And me Drunken McCrap!” -Plong
“Jangan! Kalau dia dikasih mask nanti
dia ngomong ‘no one cared who I was until I put on the mask’” -Tegar
“ok guys, kata-kata terakhir?” -wahyu
“I take the video! I captured you,
like a nigga” -plong
“There ll always be the third times”
-plong
I don’t need a map, I just need a camera”
-wahyu
“Treknya dipakai motocross? Ratingnya
5 dari 100” -wigar
“Semua bulu-bulu ane berdiri” -wahyu
“We are facing the new area, look
this is the red wood” -wigar
“Overallnya disini baru 25%” -a man
below the tree
“Ya ini, teman-teman saya lagi
diskusi. Soal estimasi jam, mungkin benar kata-orang tadi sekitar 4-5 jam tapi
ya mungkin Insya Allah kita bisa sampai sebelum maghrib” -Jo
“begini deh ente lebih percaya dia
atau ane, Kapten?” -wigar
“kalau dari peta sih sudah lewat
banyak” -Don
“tapi ini kan peta buta ya, buta dari
segalanya” -plong
“waah udah deket kok ini” – native
“yang lucu lagi kalau ada orang
bilang ‘mas ini masih jauh ga?’ ‘oh paling gak habis satu rokok saya mas, rokok
kretek maksudnya’.” -Jo
“Nanti kita akan dibagi beberapa
team. plong sebagai chef, wahyu co-chef. Jo dan Tegar pendiri tenda. Ane dan
Don istirahat” -wigar
“Gate of Valhalla” -tegar
“hey kenyangono iki gak enek gunanya
berhenti untuk konsumsi kalau ente gak kenyang” -tegar
“Sumpah dari berbagai macam gunung. Ini
trek yang panjang, naik terus, dan tanahnya tuh pasir. Jadi terhitung berat dan
ini belum ada apa apa nya ini cuman…. ibaratnnya cuma nglewatin bukit doang
bukan puncaknya. This is the best” -wigar
“Saranku untuk pendaki lainnya sih ga perlu
banyak bawa air, bawa botolnya aja” -wahyu
“kayaknya ada suara merak disitu deh.
Itu suara babi apa merak sih? Ke sana yuk kita bunuh” -wigar
“Sialll! First I feel the pain, now I
feel nothing” -wahyu
“fotoin ane dong” -Don
“Saat maghrib nanti kita stop dulu ya
guys. Mungkin sekitar 30 menit” -Jo
“Jooo!! Jo!!!!” -tegar,wigar
“ane mau bilang sesuatu nih, tapi pas
kita sudah turun aja” -Don
“Jo, jangan nyenter ke atas jo,
bahaya” -wahyu
“Hoi!” -unknown